Minggu, 29 Maret 2009

Mata Uang Global

BARU-BARU ini, Gubernur Bank Indonesia menyatakan, Indonesia perlu memikirkan kemungkinan penggunaan mata uang global lain selain USD.

Seiring pernyataan tersebut,Bank Indonesia juga menjajaki kemungkinan menggunakan renmimbi dalam perdagangan negara ini dengan Cina. Perkembangan tersebut merupakan suatu hal yang menarik.

Bahwa hal itu akhirnya menjadi pemikiran Bank Indonesia menunjukkan bank sentral negara kita telah berpikir proaktif menyiapkan hal-hal yang belum bisa diprediksi saat ini.Perkembangan ini jauh lebih maju dibandingkan dengan percaya buta bahwa USD tetap akan menjadi mata uang dunia dalam jangka waktu yang terpikirkan sampai saat ini.

Pengalaman sejarah

Sejarah mengajarkan kepada kita bahwa penggunaan sebuah mata uang global tidaklah berlaku tetap selamanya. Dalam sejarah tersebut, mata uang global sudah pernah mengalami perubahan secara dramatis pada saat berakhirnya Perang Dunia II.

Sampai dengan Perang Dunia II, mata uang global, yaitu yang menjadi referensi perdagangan internasional dan yang menjadi cadangan devisa bank-bank sentral di seluruh dunia, adalah poundsterling. Ini bisa dimaklumi mengingat peran imperium Inggris yang akhirnya melahirkan negara-negara persemakmuran.

Peran tersebut menyebabkan mata uang poundsterling dipergunakan sebagai mata uang perdagangan global saat itu. Meski demikian, peran perekonomian Inggris menurun tajam dalam Perang Dunia II.Gempuran yang terus-menerus dari Jerman pada akhirnya banyak merusak kemampuan Inggris.

Itulah sebabnya pada saat terjadi Konferensi Keuangan Internasional di Bretton Woods,New Hampshire,Amerika Serikat pada 1?22 Juli 1944, diputuskan bahwa mata uang yang menjadi jangkar perekonomian dunia adalah USD.

Keputusan tersebut berkaitan dengan pembentukan sistem moneter dunia yang dikenal sebagai sistem Bretton Woods, yaitu mata uang USD dikaitkan dengan emas, sementara mata uang lain di seluruh dunia dikaitkan dengan mata uang USD dalam suatu kaitan nilai tukar yang tetap.USD juga ditetapkan kaitannya dengan emas seharga USD35 setiap ounce.

Perubahan peran mata uang Inggris akhirnya memaksa negara tersebut untuk bersedia menukarkan mata uang poundsterling negara lain dengan USD. Karena sedikitnya dolar USD yang dimiliki Inggris, akhirnya dibuat suatu perjanjian utang yang disebut dengan Anglo American Loans di mana USD yang diterima Inggris akhirnya bisa dimanfaatkan untuk menjadi sumber penukaran cadangan devisa dalam poundsterling negara-negara lain.

Meskipun demikian, ternyata jumlah itu pun belum cukup. Itulah sebabnya Inggris menjadi pasien pertama IMF dengan meminjam ?hanya? USD60 juta pada September 1947. Inggris akhirnya menjadi pasien pertama IMF dan status tersebut berlangsung lebih dari 20 tahun lamanya.

Prospek Mata Uang USD


Dengan melihat sejarah tersebut, bukanlah suatu ?pikiran liar? untuk tetap berpikir alternatif. Perkembangan mata uang dolar AS saat ini ternyata telah melahirkan volatilitas yang begitu besar. Mata uang yang semestinya melemah karena tidak didukung oleh fundamental perekonomian yang kuat ternyata justru menguat karena kembalinya likuiditas USD dari seluruh dunia dalam proses yang disebut de-leveraging.

Ke depan prospek mata uang USD rasanya tidaklah menjanjikan suatu hal yang cerah. Perkembangan ekonomi negara adidaya tersebut membutuhkan suatu stimulus yang sangat besar untuk memulihkan keadaan. Bahkan suatu angka yang fantastis disebutkan, yaitu sebesar USD9 triliun, dalam jangka waktu 10 tahun ke depan.

Angka ini sangat mungkin terjadi mengingat dalamnya krisis yang dialami negara tersebut.Jika ini terjadi, batas kehati-hatian pengelolaan keuangan pemerintah akan jauh terlampaui. Saya menduga rasio utang pemerintah terhadap PDB bukan tidak mungkin akan mencapai lebih dari 150% sehingga setiap terjadi kenaikan suku bunga, hal tersebut akan menjadi beban yang sangat besar bagi keuangan pemerintah.

Sementara itu kita mengetahui bahwa suku bunga di AS sudah sangat rendah sehingga pergerakan suku bunga hanya mungkin stabil atau ke atas. Dengan melihat perkembangan tersebut, mata uang manakah yang layak dipertimbangkan menjadi mata uang global pada periode mendatang? Jawabannya bermacam-macam.

Euro jelas memiliki prospek untuk menggantikan,minimal melengkapi kekurangan mata uang USD. Mata uang renmimbi juga memiliki potensi yang besar untuk mengisi peran tersebut, minimal untuk perdagangan di Asia atau paling tidak dalam penggunaan mata uang secara bilateral.Sementara itu special drawing rights(SDR) yang dikembangkan IMF pada 1969 memiliki karakteristik sebagai mata uang (karena memenuhi 2 dari 3 fungsi suatu mata uang, kecuali sebagai ?media penukaran?).

Bukan tidak mungkin Asia akan mengembangkan mata uang regional sendiri,semacam Euro,karena kebetulan sekali benua ini sudah menjadi benua yang kuat dan mampu mandiri (self contained). Dengan melihat perkembangan tersebut, upaya untuk mencari alternatif penggunaan mata uang bagi perdagangan internasional maupun dalam hal penggunaan uang untuk cadangan devisa dan denominasi utang pemerintah, patut kita hargai.

Upaya ini dapat menghindarkan Indonesia dari situasi keblusuk. Dalam hal cadangan devisa, misalnya, sudah sejak lama banyak berkembang usulan untuk melakukan diversifikasi yang lebih luas sehingga cadangan devisa yang berharga tersebut tidak hanya berisikan mata uang USD saja.Sebagai gambaran, mata uang SDR yang dilahirkan di tahun 1969 dengan nilai sama dengan USD1 dewasa ini bernilai sekitar USD1,50.

Ini berarti investasi pada ?mata uang? (portfolio cadangan devisa yang menyamai) SDR akan menghasilkan nilai yang lebih kuat dibandingkan dengan mata uang USD saja.Itulah sebabnya suatu saat Indonesia juga mengembangkan sistem nilai tukar terkendali terhadap ?sekeranjang? mata uang.

Sayangnya keranjangnya tersebut di sebagian besar waktu didominasi USD. Semoga langkah-langkah yang ditempuh Bank Indonesia ini akan berujung pada keamanan devisa yang lebih baik dan berkurangnya volatilitas mata uang yang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat. (*)

CYRILLUS HARINOWO HADIWERDOYO
Pengamat Ekonomi
(rhs)

0 komentar:

Posting Komentar