Sabtu, 09 Mei 2009

Young Business People Award 2009





Jumat, 24 April 2009

Sapoe Ledee

Perkumpulan muda yang sudah lama kenal dan menjadi sodara tergabung dalam komunitas bernama Sapoe Ledee. Dari kiri ke kanan: Dono (Dosen UNS, putra Purek UNS), Tomo (penasehat, pengusaha HP, punya 7 cabang), Andre (Pengusaha AD-Percetakan), Bobi (Caleg Patriot, Gank nya KAranganyar), Saya, Didik (Deputi Manager Bank Eksekutif), yang tidak hadir Nuri (pemilik Pom bensin di beberapa tempat di solo). Beberapa diantaranya aktif di HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia), KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia), Kadin (Kamar Dagang dan Industri), dan Organisasi lainnya di Solo.

TKCI Solo 2009


TKCI adalah Toyota Kijang Club Indonesia. TKCI Solo berdiri sekitar beberapa bulan lalu diprakarsai oleh temen-temen pecinta kijang di Solo. Tempat nongkrongnya sih biasanya di depan Hotel Arini tiap rabu. Nah, bagi yang belum puas nongkrong di Solo, langsung lanjutin ke Jogja ketemuan ma anak-anak TKCI Jogja, atau langsung di lanjut sampe di Caesar Amplaz sampe pagi. Untuk teman-teman yang mau gabung, gak harus Kijang (non kijang bisa masuk TKCI Crew), hubungi saya di 0271-921-8773 ya. Thx.

Senin, 20 April 2009

Solo Black Berry Community


Solo Black Berry Community adalah komunitas pengguna BB di Solo. Senin lalu (20/04) mengadakan gathering di Kampung Ikan Lor In. Peserta yang datang sekitar 80an orang, dan aku datang karena diundang ma Bos Koran Jitu, Mr. Jimmy. Dateng langsung makan ikan bakar, trus sempat nyanyi juga duet ma Wendy dengan lagunya Ello. Trus ada acara kejutan ulang tahun nya Koh Wong Hendra dan salam perpisahan bagi anggota yang mau ke Palembang. Banyak acara games yang berhadiah voucher dr Lor In, Silk Air, XL, dll dan seruuuuu bgt. Ak sempat jadi nominasi King of this month tapi kalah ma yg lain hehe. But, lumayan,pulang-pulang bawa banyak hadiah buanyak hehehe.. Luamayan, dengan gabung di SBBC dapet kenalan baru semoga sukses SBBC!!!

Minggu, 29 Maret 2009

Mata Uang Global

BARU-BARU ini, Gubernur Bank Indonesia menyatakan, Indonesia perlu memikirkan kemungkinan penggunaan mata uang global lain selain USD.

Seiring pernyataan tersebut,Bank Indonesia juga menjajaki kemungkinan menggunakan renmimbi dalam perdagangan negara ini dengan Cina. Perkembangan tersebut merupakan suatu hal yang menarik.

Bahwa hal itu akhirnya menjadi pemikiran Bank Indonesia menunjukkan bank sentral negara kita telah berpikir proaktif menyiapkan hal-hal yang belum bisa diprediksi saat ini.Perkembangan ini jauh lebih maju dibandingkan dengan percaya buta bahwa USD tetap akan menjadi mata uang dunia dalam jangka waktu yang terpikirkan sampai saat ini.

Pengalaman sejarah

Sejarah mengajarkan kepada kita bahwa penggunaan sebuah mata uang global tidaklah berlaku tetap selamanya. Dalam sejarah tersebut, mata uang global sudah pernah mengalami perubahan secara dramatis pada saat berakhirnya Perang Dunia II.

Sampai dengan Perang Dunia II, mata uang global, yaitu yang menjadi referensi perdagangan internasional dan yang menjadi cadangan devisa bank-bank sentral di seluruh dunia, adalah poundsterling. Ini bisa dimaklumi mengingat peran imperium Inggris yang akhirnya melahirkan negara-negara persemakmuran.

Peran tersebut menyebabkan mata uang poundsterling dipergunakan sebagai mata uang perdagangan global saat itu. Meski demikian, peran perekonomian Inggris menurun tajam dalam Perang Dunia II.Gempuran yang terus-menerus dari Jerman pada akhirnya banyak merusak kemampuan Inggris.

Itulah sebabnya pada saat terjadi Konferensi Keuangan Internasional di Bretton Woods,New Hampshire,Amerika Serikat pada 1?22 Juli 1944, diputuskan bahwa mata uang yang menjadi jangkar perekonomian dunia adalah USD.

Keputusan tersebut berkaitan dengan pembentukan sistem moneter dunia yang dikenal sebagai sistem Bretton Woods, yaitu mata uang USD dikaitkan dengan emas, sementara mata uang lain di seluruh dunia dikaitkan dengan mata uang USD dalam suatu kaitan nilai tukar yang tetap.USD juga ditetapkan kaitannya dengan emas seharga USD35 setiap ounce.

Perubahan peran mata uang Inggris akhirnya memaksa negara tersebut untuk bersedia menukarkan mata uang poundsterling negara lain dengan USD. Karena sedikitnya dolar USD yang dimiliki Inggris, akhirnya dibuat suatu perjanjian utang yang disebut dengan Anglo American Loans di mana USD yang diterima Inggris akhirnya bisa dimanfaatkan untuk menjadi sumber penukaran cadangan devisa dalam poundsterling negara-negara lain.

Meskipun demikian, ternyata jumlah itu pun belum cukup. Itulah sebabnya Inggris menjadi pasien pertama IMF dengan meminjam ?hanya? USD60 juta pada September 1947. Inggris akhirnya menjadi pasien pertama IMF dan status tersebut berlangsung lebih dari 20 tahun lamanya.

Prospek Mata Uang USD


Dengan melihat sejarah tersebut, bukanlah suatu ?pikiran liar? untuk tetap berpikir alternatif. Perkembangan mata uang dolar AS saat ini ternyata telah melahirkan volatilitas yang begitu besar. Mata uang yang semestinya melemah karena tidak didukung oleh fundamental perekonomian yang kuat ternyata justru menguat karena kembalinya likuiditas USD dari seluruh dunia dalam proses yang disebut de-leveraging.

Ke depan prospek mata uang USD rasanya tidaklah menjanjikan suatu hal yang cerah. Perkembangan ekonomi negara adidaya tersebut membutuhkan suatu stimulus yang sangat besar untuk memulihkan keadaan. Bahkan suatu angka yang fantastis disebutkan, yaitu sebesar USD9 triliun, dalam jangka waktu 10 tahun ke depan.

Angka ini sangat mungkin terjadi mengingat dalamnya krisis yang dialami negara tersebut.Jika ini terjadi, batas kehati-hatian pengelolaan keuangan pemerintah akan jauh terlampaui. Saya menduga rasio utang pemerintah terhadap PDB bukan tidak mungkin akan mencapai lebih dari 150% sehingga setiap terjadi kenaikan suku bunga, hal tersebut akan menjadi beban yang sangat besar bagi keuangan pemerintah.

Sementara itu kita mengetahui bahwa suku bunga di AS sudah sangat rendah sehingga pergerakan suku bunga hanya mungkin stabil atau ke atas. Dengan melihat perkembangan tersebut, mata uang manakah yang layak dipertimbangkan menjadi mata uang global pada periode mendatang? Jawabannya bermacam-macam.

Euro jelas memiliki prospek untuk menggantikan,minimal melengkapi kekurangan mata uang USD. Mata uang renmimbi juga memiliki potensi yang besar untuk mengisi peran tersebut, minimal untuk perdagangan di Asia atau paling tidak dalam penggunaan mata uang secara bilateral.Sementara itu special drawing rights(SDR) yang dikembangkan IMF pada 1969 memiliki karakteristik sebagai mata uang (karena memenuhi 2 dari 3 fungsi suatu mata uang, kecuali sebagai ?media penukaran?).

Bukan tidak mungkin Asia akan mengembangkan mata uang regional sendiri,semacam Euro,karena kebetulan sekali benua ini sudah menjadi benua yang kuat dan mampu mandiri (self contained). Dengan melihat perkembangan tersebut, upaya untuk mencari alternatif penggunaan mata uang bagi perdagangan internasional maupun dalam hal penggunaan uang untuk cadangan devisa dan denominasi utang pemerintah, patut kita hargai.

Upaya ini dapat menghindarkan Indonesia dari situasi keblusuk. Dalam hal cadangan devisa, misalnya, sudah sejak lama banyak berkembang usulan untuk melakukan diversifikasi yang lebih luas sehingga cadangan devisa yang berharga tersebut tidak hanya berisikan mata uang USD saja.Sebagai gambaran, mata uang SDR yang dilahirkan di tahun 1969 dengan nilai sama dengan USD1 dewasa ini bernilai sekitar USD1,50.

Ini berarti investasi pada ?mata uang? (portfolio cadangan devisa yang menyamai) SDR akan menghasilkan nilai yang lebih kuat dibandingkan dengan mata uang USD saja.Itulah sebabnya suatu saat Indonesia juga mengembangkan sistem nilai tukar terkendali terhadap ?sekeranjang? mata uang.

Sayangnya keranjangnya tersebut di sebagian besar waktu didominasi USD. Semoga langkah-langkah yang ditempuh Bank Indonesia ini akan berujung pada keamanan devisa yang lebih baik dan berkurangnya volatilitas mata uang yang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat. (*)

CYRILLUS HARINOWO HADIWERDOYO
Pengamat Ekonomi
(rhs)

Minggu, 22 Maret 2009

Gali Lobang, Tutup Lobang

OKEZONE.COM, JAKARTA - Utang negara terus membesar. Namun solusi yang ditempuh masih saja menggunakan lagu lama, yakni gali lobang tutup lobang. Menurut ekonom Tim Indonesia Bangkit Dr Hendry Saparini, jalan yang ditempuh negara untuk mengatasi keuangan baik untuk membayar utang maupun defisit anggaran, bukan sebagai solusi. Justru yang terjadi membuat utang baru dan menguras kekayaan negara. "Ada kesalahan dalam memandang utang. Utang dianggap hal yang biasa dan sebagai salah satu sumber pendapatan negara," ujarnya, dalam diskusi mengenai utang pemerintah di acara Jakarta First Chanel Radio Trijaya, di Jakarta, Senin (23/3/2009).

Berdasarkan penghitungannya, utang yang melilit Indonesia saat ini tercatat sekira Rp1.666 triliun. Sedangkan yang jatuh tempo hingga akhir 2009 sekira Rp59 triliun. Utang itu terdiri dari utang pinjaman luar negeri dan utang dari penerbitan Surat Uang Negara (SUN). Cara yang saat ini ditempuh yakni menggunakan kekayaan negara untuk menutup utang dan menerbitkan SUN. Akibatnya, banyak hal yang tidak dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat luas.

"Seharusnya negara mengkesplorasi kekayaan utang negara untuk kepentingan masyarakat bukan untuk membayar utang," pungkasnya. Selain utang dalam negeri melalui SUN, pinjaman utang luar negeri juga terus dipilih sebagai jalan keluar lilitan utang. Padahal menurutnya, para pemberi pinjaman utang atau kreditur mendesign utang tanpa memikirkan kemampuan suatu negara. "Jadi mereka selalu bilang, bahwa kita selalu masih bisa utang karena punya kekayaan negara. Tapi mereka tidak memikirkan kemampuan kita sesungguhnya," pungkas Hendry. (rhs)



Mas Anjar: Wow, luar biasa, dengan total hutang Rp1.666.000.000.000.000 (bener gak jumlah 0 nya?), berarti per manusia yang hidup di Indonesia menanggung Rp7.504.504.504, gimana tuh ya?

BI Bagikan Informasi Prospek Usaha Debitor

OKEZONE.COM, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) akan melakukan pembagian informasi (share) mengenai prospek usaha debitor melalui Kantor BI yang ada di seluruh Indonesia. Kebijakan bank sentral ini bertujuan agar bank tidak takut memberikan kreditnya kepada calon debitor. Deputi Gubernur BI Hartadi A Sarwono mengatakan BI akan bertindak sebagai mediator informasi antara debitor atau pengusaha kecil yang memerlukan dana dan orang yang memberikan dana atau bank. Pemberian informasi tersebut sudah termasuk dengan tingkat risiko usahanya dan rekam jejak (track record) usaha.

"Kami share risikonya. Mungkin itu yang paling penting BI juga mejelaskan mengenai track record dan kegiatan usaha. Saat ini setiap orang melihat setiap usaha dianggap berisiko, meski ada juga yang usahanya masih bagus. Untuk itu pentingnya BI menjadi mediator untuk memberi informasi," jelasnya belum lama ini. Hartadi mencontohkan usaha rumput laut di Kupang yang tidak semuanya terkena krisis seperti agribisnis maupun pertanian. Contoh usaha yang strategis lainnya tersebar di seluruh Indonesia namun pengusaha tidak mendapat akses perbankan karena minimnya informasi yang ada. "Usaha agrikultur rumput laut di Kupang tidak terkena krisis dan tidak terkena pengaruh permintaan global. Usaha-usaha semacam ini bank jangan sampai tidak memberikan kreditnya dan BI bisa melakukan share di KBI di seluruh nusantara," pungkasnya.

Presiden Direktur BII Ridha Wirakusumah mengatakan pemberian kredit oleh perbankan nasional sebenarnya sudah berjalan, namun jumlahnya belum seperti yang diharapkan pemerntah. "Pemberian kredit itu sebenarnya cukup lumayan jika dibandingkan dengan negara-negara lain," jelasnya kepada wartawan di Jakarta, belum lama ini. Kendati demikian, Ridha memahami masih tingginya suku bunga kredit menjadi kendala penyerapan kredit dan perbankan membutuhkan waktu untuk melakukan penyesuaian dengan BI Rate saat ini sebesar 7,75%. Menurut Ridha, tingkat bunga acuan BI Rate bukanlah satu-satunya indikator bank dalam menurunkan tingkat suku bunganya dan masih ada lagi faktor lain, seperti cost, jumlah nasabah, serta berapa besar bank mengambil fee dari nasabah. Selain itu yang harus diperhatikan adalah obligasi pemerintah yang memberikan return yang tetap tingg "Ibarat masak, garam bukanlah satu-satunya bumbu yang digunakan. Begitu juga BI Rate, karena masih harus dilihat faktor lain. Tapi seharusnya, diturunkan juga bon-bon pemerintah yang lainnya," pungkasnya. (Tomi Sujatmiko/Sindo/jri)

Mas Anjar: Baik sekali kalau BI mau share info tentang ini. Pengusaha di daerah lebih mudah mengakses dana kalau bank-bank di daerah tau kalo tidak semua sektor terdampak krisis. Ini bentuk komunikasi yang bagus dari BI ke Bank lain dan Masyarakat. Asal, BI mampu untuk menjaga kerahasiaan data debitur, bisnis riil akan tumbuh pesat, saya yakin itu.